Selasa, 05 November 2013

BUKTI ALLAH SWT ITU ADA SECARA LOGIKA DAN NALAR

“PEMUDA YANG INGIN MEMBUKTIKAN ADANYA TUHAN”
Ada seorang pemuda yang lama menjalani pendidikan di luar negeri namun tidak pernah belajar agama Islam, kini kembali ke tanah air. Sesampainya di rumah ia diminta kedua orang tuanya untuk belajar agama Islam, namun ia memberi syarat agar dicarikan guru agama yang bisa menjawab tiga pertanyaan yang selama ini mengganjal di hatinya. Akhirnya orang tua pemuda itu mendapatkan orang tersebut, seorang kyai dari pinggiran kota.
Pemuda
:  Anda siapa dan apakah bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan saya?“
Kyai
: Saya hamba Alloh dan dengan izin-Nya saya akan menjawab pertanyaan anda.“
Pemuda
:  Anda yakin? Sedangkan profesor di Amerika dan banyak orang yang pintar tidak mampu menjawab pertanyaan saya.
Kyai
:  Saya akan mencoba sejauh kemampuan saya.
Pemuda
:  Saya ada tiga pertanyaan :
    1.  Kalau memang Tuhan itu ada, tunjukkan wujud Tuhan kepada saya!
    2.  Kalau memang benar ada takdir, tunjukkan takdir itu pada saya!
    3.  Kalau syaithan diciptakan dari api, kenapa dimasukkan ke neraka yang dibuat dari api? Tentu tidak menyakitkan buat syaithan sebab mereka memiliki unsur yang sama. Apakah Tuhan tidak pernah berfikir sejauh itu?
Tiba-tiba kyai tersebut menampar pipi pemuda tadi dengan keras.
Pemuda
:  (sambil menahan sakit) Hei! Kenapa Anda marah kepada saya?
Kyai
:  Saya tidak marah. Tamparan itu adalah jawaban saya atas tiga pertanyaan yang Anda ajukan kepada saya.
Pemuda
:  Saya sungguh-sungguh tidak mengerti.
Kyai
:  Bagaimana rasanya tamparan saya?
Pemuda
:  Tentu saja saya merasakan sakit.
Kyai
:  Jadi anda percaya bahwa sakit itu ada?
Pemuda
:  Ya!
Kyai
:  Tunjukan pada saya wujud sakit itu!
Pemuda
:  Saya tidak bisa.
Kyai
: Itulah jawaban pertanyaan pertama. Kita semua merasakan kewujudan Tuhan tanpa mampu melihat wujudnya.
Kyai
:  Apakah tadi malam anda bermimpi akan ditampar oleh saya?
Pemuda
:  Tidak
Kyai
:  Apakah pernah terfikir oleh anda akan menerima tamparan dari saya hari ini?
Pemuda
:  Tidak.
Kyai
:  Itulah yang dinamakan takdir. Terbuat dari apa tangan yang saya gunakan untuk menampar  anda?
Pemuda
:  Kulit.
Kyai
:  Terbuat dari apa pipi anda?
Pemuda
:  Kulit.
Kyai
:  Bagaimana rasanya tamparan saya?
Pemuda
:  Sakit.
Kyai
:  Walaupun syaithan dijadikan dari api dan neraka juga terbuat dari api, jika Tuhan menghendaki maka neraka akan menjadi tempat yang menyakitkan untuk syaitan. Semoga kita bukan termasuk orang-orang yang ditempatkan bersama syaithan di neraka.
Pemuda itu langsung tertunduk dan memeluk kyai tersebut sambil memohonnya untuk mengajarkan Islam lebih banyak lagi.
************

Senin, 04 November 2013

Pengamat AS Membuktikan: Islam bukan Teroris



MEDAN - Pengamat sekaligus peneliti agama Islam asal Amerika Serikat (AS), Shabbir Mansuri sangat tidak setuju dengan tudingan praktik terorisme diidentikkan dengan Islam. “Justru ajaran Islam berpotensi menciptakan kedamaian dunia bila diterapkan sesuai Alquran dan Hadist,” tandas Shabbir.

Shabbir yang mengaku telah fokus meneliti ajaran Islam di 14 negara Eropa sejak puluhan tahun lalu memastikan tidak menemukan satu aktivitas yang mengajarkan muslim sebagai pengacau. Bahkan ketika penelitian yang melibatkan Los Angeles Times di kota Las Vegas yang terkenal sebagai “kota pendosa”, didapati umat muslim tetap melaksanakan ibadah.

“Penelitian di Las Vegas dilakukan 10 hari oleh reporter Los Angeles Times. Dalam suatu laporannya, dia memuat foto sopir taksi membaca Alquran dengan suasana matahari terbenam (magrib),” kata Shabbir ketika berkunjung ke Kantor Konsulat Jenderal Amerika Serikat di Medan, Jumat (8/3) petang.

Hasil karya jurnalistik itu disebutnya sebagai kesimpulan kalau muslim tidak mudah terpengaruh dengan lingkungan yang berlainan dengan ajarannya, sekaligus tidak berniat mengganggunya. “Lakum diinukum wa liya diin betul-betul diterapkan muslim. Sama sekali tidak ada intimidasi terhadap agama lain,” kata Shabbir yang hingga kini taat menjalankan ajaran Islam bersama tiga anak dan dua cucunya.

Pria yang mendirikan Dewan Pendidikan Islam (CIE) di AS pada 1991 ini turut menyoroti peran media massa yang tak menyensor kolom opini yang menyudutkan Islam. Berdasarkan analisisnya, pemberitaan media di AS sebenarnya sangat berimbang, hanya saja hasil tulisan jurnalisme warga kurang mendapat perhatian. Akibatnya tulisan yang merugikan Islam kerap muncul.

Ia mengatakan perkembangan Islam di AS hingga kini cukup berkembang. Hanya saja diakuinya pascatragedi WTC informasi muslim agak tertutup. Namun Shabbir melalui organisasi yang dibentuknya tetap membantu membangun komunikasi antara muslim dengan masyarakat dari agama lainnya.

“Sekarang saya ingin mengetahui bagaimana kehidupan muslim Indonesia. Mudah-mudahan ada nilai lebih yang bisa dibawa ke Amerika,” ujarnya.

Public Affairs Assistant Konjen AS Medan, Dian Lumbantoruan menyebutkan kunjungan Shabbir ke Medan merupakan rangkaian kegiatan program pembicara yang diselenggarakan secara nasional. Selama di Medan, Shabbir akan menjadi pembicara di IAIN Sumut dan Pondok Pesantren Raudhatul Hasanah.(mad)

Facebok https://www.facebook.com/islam.Nuu#